Jumat, 30 September 2011


BODO

         Hai Bodo, malam ini ada yang menanyakanmu lagi. Seseorang tergelitik hatinya untuk mengetahui siapa dirimu, seseorang yang penasaran seberapa indahkah dirimu karna setiap kalimat yang kudeskrepsikan tentangmu sangat menyentuhnya, seseorang yang dengan lantang menanyakan siapa kamu sebenarnya, seseorang yang bahkan sampai ragu benerkah kau nyata atau hanya tokoh fiksi dalam imajinasiku saja. yah.. bahkan aku tak pernah benar" mengetahui siapa kau sebenarnya, bagiku kau adalah iblis bersayap malaikat yang sengaja turun untuk menggodaku, yang sengaja mendekatiku untuk mencumbuku, yang sengaja berdiri disampingku untuk menarikku masuk kedalam nerakamu yang menurutku adalah surga firdaus yang kuketahui itu adalah surga terindah.
         Bodo.. setiap kali aku mendengar seseorang bertanya tentang mu disaat itulah hatiku akan bergetar, setiap kali seseorang menyebut namamu atau aku mendengar seseorang memiliki nama yang sama denganmu maka disaat itulah sluruh hatiku akan mencair seolah merindukan sesuatu. sesuatu yang tlah lama hilang, sesuatu yang tlah pergi dan takkan kembali, sesuatu yang memaksaku untuk meneteskan air mata setiap kali hatiku ngilu saat mengingatmu, membuat tubuhku menggigil setiap kali aku harus diingatkan kembali dengan kenangan kita, membuat badanku gemetar saat setiap kali aku mengingat setiap untaian kata yang bisa kuingat dari mulut indahmu.
       Kau mengajariku banyak hal hingga aku dapat berbiara dengan lantang pada orang lain, kau membuatku mengerti banyak hal hingga aku dapat menasehati orang lain.. Bodo, tak bisakah waktu kau putar? sebentar saja, aku sudah mulai lupa bagaimana bentuk hidungmu, bagaimana bentuk bibirmu, dan bagaimana bentuk matamu. kau semakin samar diingatanku..
          Bodo kau adalah iblis berjubah malaikat yang senantiasa membingungkanku, yang seringkali membuatku tak yakin mana garis kebenaran dan mana garis" gelap. Aku mencintaimu, melebihi cintaku kepada diriku sendiri, aku sanggup menukar setengah hidupku hanya untuk dapat menikmati saat" keberhargaan itu denganmu, mengulang semuanya, melakukan banyak hal yang belum sempat kita lakukan. tapi aku selalu sadar bahwa waktu tak akan pernah bergerak mundur dan mengembalikanmu ke sampingku seperti dulu. Bodo, cinta itu aneh ya? kata orang cinta itu manis tapi saatku bersamamu cinta itu seperti nano", apa cinta bisa berubah sesering itu? apa cinta mempunyai banyak definisi? yang ku mengerti cinta hanyalah cinta yang mencukupi dirinya sendiri, kalau memang begitu cukupilah cintaku dengan cintamu Bodo..
siramilah hatiku yang kering dengan cintamu, kembalilah..
kembalilah hidup..
walau hanya sekian menit, walau hanya beberapa saat..
bangun, bangunlah Bodo dari tidur panjangmu, bangun dan dekaplah aku lalu katakan padaku bahwa aku hanya menghayal terlalu jauh tentang perpisahan kita.
          Bukankah kita tlah berjanji akan saling mencintai? Bukankah kau tlah berjanji suatu saat akan menggenggam tanganku dan anak kita? bukankah kita berdua tlah berjanji akan tidak pernah saling melepaskan genggaman tangan kita? kenapa kau ingkari? kenapa kau bohongi aku? kau tinggalkan aku saat aku masih meraba warna, kau sudah pergi disaat aku belum mampu berdiri tegap, kau jahat!! Tapi aku sungguh mencintaimu, sungguh" mencintaimu Bodo...!!!!
:'(


          

Minggu, 25 September 2011

Saya dan Rok Panjang

          Ceritanya bermula di sebuah kampus yang sangat, sangat berbeda dengan kepribadian saya. Istilahnya sih bertolak belakang, baik dari segi peraturan, lingkungan sampai pada aturan yg dibuat dengan sendirinya oleh mereka yang berkuasa atas saya untuk satu semester. saya menyebutnya dengan pembatasan karater, kenapa? karena memang itulah yang sebenarnya.. Sebab itulah kisah ini bermula. Kita langsung pada ceritanya ok?^^

Saya : Apa"an nih masak gak boleh pake celana? mesti pake rok panjang setiap saat lagi, aneh banget sih masak kegiatan diluar jam kampus juga mesti pake rok segala..
pada gila kali nih yang buat peraturan mana mesti pake kets lagi, gak nyambung banget tuh kostum!
saya biasa pake rok, dan saya gak keberatan kalo mesti pake rok selama setaun tapi saya sangat keberatan kalo setiap ada kegiatan kampus juga mesti diwajibkan pake rok..
bukannya gimana".. bosen juga makainya, mana ribet lagi.. pokoknya gak comfort deh!!

Rok panjang: kenapa? ada apa dengan kaum saya?

Saya: Gak ada apa".. emangnya kenapa?

Rok Panjang: kenapa kamu kayak terpaksa gitu pake saya? padahalakan saya dan kaum saya akan selalu setia menemani kamu meraih masa depan selama setahun ini? kenapa gak ikhlas aja?

Saya: bukan itu masalahanya, yg jadi masalah adalah saya hanya merasa tidak nyaman dengan kaummu saat diluar jam kampus..
kamu taukan saya ini jarang sekali menyentuh kaummu itu..

Rok Panjang: nah mulai sekarang kamu harus terbiasa karna sayalah yang akan menjadi temanmu bukan si jins lagi..

Saya: saya gak tau kapan saya bisa terbiasa dengan semua pembatasan karater ini ditambah peraturan konyol seperti harus menggunakan kamu sekalipun sedang tidak ada jamperkuliahan..

Rok panjang: ikhlas, hanya itu yang perlu kamu lakukan untuk saat ini.

Saya: udah, tapi belum berhasil..

Rok panjang: bukankah kami identitas dirimu?

Saya: benar, tapi tidak mesti seperti itukan cara menunjukkannya.. ini hanya kan menambah masalah keribiten dalam berkendara.. jaman sudah berkembang, banyak cara untuk menunjukkan identitas kita sebagai kaum wanita.

Rok panjang: bagaimana dengan kesopanan? kamukan calon pendidik?

Saya: kesopanan selain dilihat dari segi penampilan tapi juga dilihat dari sikap.  masih banyak acara untuk menggunakan pakaian yg sopan tanpa harus mengenakan rok panjang..

Rok panjang: kamu benar! tapi ketahuilah sesungguhnya tidak ada satupun pakaian yang lebih pantas untuk seorang wanita selain rok panjang dengan baju yang tertutup!

Saya: ???


















Jumat, 16 September 2011

SUNRISE


Pukul dua belas lebih lima belas menit aku berangkat menuju bukit yang berada dipinggiran kota. Selama hampir tiga jam aku melakukan perjalanan seorang diri, melewati sunyinya jalanan saat malam menjelang subuh ini. Yang dapat kulihat hanya cahaya dari lampu motorku dan beberapa lampu jalan yang sedikit membantu penglihatanku. Rasa kantuk dan lelah dengan cepat menyergap seluruh tubuhku ditambah sepoi angin yang meniup pelan sluruh bulu romaku. Itu semua tak berarti saat kembali kuingat tujuanku, untuk melihat sunrise.
           Setelah tiba, kuparkirkan motorku dibawah kaki bukit. Satu persatu tangga batu kunaiki untuk mencapai puncak bukit ini. Saat sampai diatas kuletakkan ranselku, kutegapkan badanku, kutarik nafas dalam-dalam untuk merasakan segarnya udara subuh ini sambil memejamkan mata, lalu kubuka mataku perlahan.
           “ Sebentar lagi aku akan melihat apa yang ingin slalu kau lihat. Ini bukan gunung hanya sebuah bukit, namun bukit ini lebih tinggi dari bukit milikmu.” Gumamku dalam hati sambil mengulum senyum.

R     R     R

           Sebuah pertemuan singkat antara aku dan Yue, seorang gadis Tionghoa beragama nasrani membuatku mempercayai satu hal yang slama ini sulit untuk kupercaya tentang adanya Tuhan, Allah, Alah, Hyang Widi atau apapun namanya. Kata Yue Tuhan itu hanya satu yang membuatnya berbeda hanyalah sebuatan untuk masing-masing kepercayaan saja, menurutnya semua agama itu sama tujuannya hanya satu, Surga. Dan orang yang tidak punya agama (atheis) adalah orang yang paling menyedihkan karna ia tak punya keyakinan atas apa yang telah menciptakannya dan setelah mati ia tak pernah tau kemana tujuan selanjutnya.
           Ia selalu memilih untuk duduk dibangku paling belakang, dipojokan dekat dengan jendela. Saat aku beratanya mengapa ia lalu menjelaskannya dengan panjang lebar dan semangat yang berapi-api, dari matanya yang kecil itu aku dapat melihat semangatnya yang sedang meluap saat aku menanyakan alasannya.
           “ Kalo dari sini Gemma bisa liat sekeliling Gemma tanpa terkecuali, Gemma bisa lihat ibu guru, papan tulis, semua teman-teman tanpa ada yang terlewati dan yang paling penting Gemma bisa bersembunyi karna Yue tidak suka jadi yang paling terlihat. Coba bandingkan dengan Gemma duduk di bangku paling depan, Gemma hanya bisa fokus pada satu arah untuk menoleh kebelakang akan sangat terbatas, lalu ditengah-tengah Gemma hanya bisa melihat kedepan dan serong, Gemma tetap akan susah untuk melihat kebelakang. Kalo dibelakang Gemmalah yang melihat semuanya tanpa ada yang dapat dengan leluasa melihat atau memperhatikan Gemma kecuali ibu guru yang sedang mengajar didepan.”
           Yue paling suka saat hujan turun, ia akan membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air hujan hingga bajunya jadi basah kuyup. Pernah saat pulang sekolah, semua anak berdiri dikoridor sekolah untuk menunggu hujan tapi Yue malah memilih untuk berjalan ditengah-tengah lapangan basket dengan santainya seolah tak takut bajunya basah, seolah langit sedang cerah, ia berjalan sambil sesekali melompat dengan cerianya dan besoknya selama tiga hari ia tidak masuk sekolah karna sakit. Selain hujan Yue juga sangat suka dengan rumput, ia dapat berbaring berjam-jam diatas rumput, ia tak pernah peduli bajunya akan kotor. Yue bilang ia sangat suka aroma rumput yang bercampur dengan angin apalagi ketika baru saja selesai hujan, ia paling suka berbaring diatas rumput, aroma rumputnya akan semakin khas katanya.
           Yue suka sekali mimisan hingga pingsan, tapi ia tak pernah mengeluh. Katanya ia hanya tak bisa terlalu lama berdiri dibawah terik matahari tapi memang benar ia hanya akan mimisan atau bahkan sampai pingsan ketika hari sedang panas terik. Selain mimisan dan pingsan Yue juga sering pusing, kalo pusing Yue akan memukul-mukul kepalanya dengan tangannya sendiri.
           Setiap pagi sebelum pergi kesekolah ia selalu membakar tiga batang stanggi yang kemudian diletakkan diatas kendi kecil berisi beras dengan tali kecil berwarna merah yang mengikat kendi itu. Saat aku bertanya apa yang sedang ia lakukan, katanya itu untuk menghormati arwah ibu dan ayahnya yang sudah meninggal. Ia melakukan gerakan-gerakan aneh saat akan meletakkan stanggi didalam kendi itu, mengayunkan stanggi itu tiga kali diudara lalu berhenti sambil memejamkan mata dan terakhir meletakkannya kedalam kendi. Dan terakhir sebelum ia berangkat kesekolah ia selalu mencium kedua foto orangtuanya yang terpampang diatas meja yang diatasnya juga terdapat kendi yang berisi stanggi itu.
           Setiap sabtu malam ia selalu latihan bernyanyi digerejanya dan setiap minggu pagi ia selalu datang ke gerejanya, tak pernah sekalipun ia absen. Saat aku tanya apa ia tak bosan melakukan itu semua ia hanya menjawab “ Yue ini salah satu dari mereka yang memakai jubah panjang itu, Yue ini artis lho yang selalu ada job tiap minggu, kalo Yue lagi nyanyi Yue itu dilihat oleh puluhan pasang mata walaupun tak dibayar.” Jawabnya sambil tertawa, membuat matanya yang kecil itu semakin samar terlihat.
           Suatu pagi, saat aku datang kesekolah Yue memotong rambutnya menjadi pendek, mirip dengan artis BCL kata Yue itu namanya model ‘bob’. Wajahnya semakin terlihat menggemaskan, saat aku tanya kenapa ia potong rambut ia menjawab rambutnya sering rontok jadi ia potong rambut agar rambutnya terlihat tebal. Yue paling suka pelajaran exsac, pelajaran yang memanfaatkan logika untuk menjawabnya.
           Menurutnya pelajran seperti itu jauh lebih simple dan pasti, asal tau rumusnya kita akan dengan mudah menjawabnya ketimbang pelajaran yang memanfaatkan penalaran, kepalanya suka sakit sendiri kalu dipaksa menalar yang tidak bisa ia pikirkan atau diluar jangkauannya. Yue lebih memilih mengerjakan 50 soal aljabar dari pada 5 soal Sastra yang belum tentu benar jawabannya namun waktu pengerjaannya bisa sampai dua hari.
           Yue suka berada ditempat-tempat yang tinggi, dia bilang ia akan lebih merasa dekat dengan Tuhannya, ia merasa seolah tangannya dapat menyentuh langit. Yue sudah tidak punya ayah ataupun ibu, ia tinggal bersama akongnya (kakek). Saat pelajaran bahasa Indonesia dan waktu itu kita disuruh mengarang yang temanya adalah cinta dan harapan ia menceritakan kisah singkat hidupnya dalam selembar kertas.
           Aku ini anak yatim piatu, tapi kalian tidak perlu mengasihaniku karna aku punya tangan, kaki, mata dan telinga yang masih dapat berfungsi dengan baik dan tentunya seorang kakek yang sangat menyayangiku, aku memanggilnya ‘akong’. Akong membuka toko sembako kecil didepan rumah, dari situlah akong membiayai kebutuhanku. Orang yang paling aku cintai didunia ini adalah akongku, kenapa bukan mama atau babahku yang sudah pergi kesurga? Karna mereka sudah ada yang lebih mencintai mencintai, Tuhan.
                        Satu harapanku untuk dunia ini adalah suatu hari nanti dunia ini dapat dipenuhi dengan cinta, hanya cinta dan kasih sayang karna setauku hanya satu kata yang dapat merubah dunia yaitu CINTA. Dengan begitu semua orang akan saling mengerti, mempunya tingkat toleransi yang tinggi dan yang pasti tidak akan terulang lagi tragedy Mei’98 yang menewaskan babahku. Dengan cinta, semua manusi akan saling menghormati dan menghargai dan dengan cinta pula toleransi beragama dapat benar-benar terwujud.
                        Namaku Shoe Yue Lian, margaku Shoe, Yue itu bulan, dan Lian itu wajah jadi kalu digabungkan namaku itu berarti wajah bulan, mama bilang namaku dapat disimpulkan bahwa aku ini memiliki wajah seperti bulan. Sepertinya mamaku sedikit berlebihan dengan pengertian namaku ini. Kata akongku, mama juga sempat memberiku nama Indonesia, namanya Alina Wijaya tapi aku menolak untuk menggunakan nama itu. Menurutku Yue Lian jauh lebih bagus artinya dari pada Alina Wijaya yang tak kuketahui artinya. Aku seorang Tionghoa beragama Nasrani dan aku sangat suka sunrise.
           Itulah tulisan singkatnya saat pelajaran Bahasa Indonesia, singkat, jelas, dan apa adanya. Yue itu orangnya selalu apa adanya, percaya diri dan ia sangat menyukai warna merah. Katnya merah itu melambangkan keberanian dan merah itu adalah warnanya Tionghoa. Ia tak pernah malu sedikitpun saat mengakui ia adalah seorang Tionghoa, baginya suku atau etnis itu adalah pilihan bukan aib dan tergantung dari kita yang menilainya jadi ia akan selalu bangga saat mengatakan pada teman-teman satu sekolah bahwa ia adalah seorang Tionghoa.
           Setiap dua minggu sekali ia selalu menyempatkan untuk datang ke salah satu Vihara untuk sekedar membakar stanggi. Saat aku tanyakan kenapa ia bilang agar ia tak pernah lupa siapa dia sebenarnya, dari etnis apa ia berasal, dan agar ia selalu merasa bangga dengan dirinya sendiri yang berasal dari etnis Tionghoa. Bila sudah sampai di Vihara, Yue akan lama berada disana. Aku selalu menanyakan apa saja yang dilakukannya didalam ia bilang ia berbincang-bincang dengan biksu-biksu disana, pernah saat aku mengantarnya ke Vihara ia lama sekali keluarnya, aku sampai harus masuk kesana untuk melihat apa yang sedang dilakukannya didalam. Dan saat aku masuk aku melihatnya sedang berbincang dengan salah seorang biksu. Dan saat pulang biksu itu memberikan Yue sebuah gelang yang terbuat dari butiran-butiran kayu dan ada beberapa lembar benang merah sebagai pengikatnya yang menjuntai.
           Aku bertanya pada Yue, apa maksud dari benang merah itu karna aku sering sekali melihat orang Tionghoa memakainya, baik dijadika gantungan kunci motor, ataupun diikatkan pada retsleting tas. Kata Yue, itu adalah jenggot naga, dapat memberi keselamatan dan keberkahan. Aku bertanya lagi tentang kalung yang berliontin batu cincin hijau muda yang slalu dipakainya, katanya orang Tionghoa percaya batu cincin seperti itu dapat membawa keberuntungan bagi siempunya.
           Suatu hari Yue tak masuk sekolah selama seminggu, aku datang kerumahnya untuk menjenguknya namun kata pegawai yang menjaga toko babahnya Cece Yue (begitu orang itu memanggil Yue) sedang dirawat dirumah sakit. Aku buru-buru mendatangi rumah sakit yang dimaksud, sampai didepan kamarnya aku melihatnya tengah berbaring dengan selang infus ditangannya. Saat aku tanyaka keadaannya dia bilang dia baik-baik saja hanya akongnya saja yang terlalu mengkhawatirkannya hingga membawanya kerumah sakit seperti ini.
           Aku malu melihatnya, saat dirinya tengah tak berdaya dan sangat terbatas geraknya ia masih berdoa pada pada Tuhannya. Sebuah salib kecil yang bertengger diatas mejanya menjadi kiblatnya untuk berdoa. Ia begitu percaya pada agamanya, pada Tuhannya tentunya. Setelah keluar dari rumah sakit Yue tampak pucat, aku tau dia putih tapi kali ini putihnya berbeda, bibirnya juga sampai terlihat pucat. Aku kembali menanyakan keadaannya namun dia membantah, dia bersikeras bahwa dia baik-baik saja.
           Semenjak keluar dari rumah sakit, Yue semakin sering mimisan dan pingsan. Suatu ketika saat kelasku sedang ulangan fisika, ia memaksakan dirinya untuk mengingat rumus yang tanpa sengaja ia lupakan, aku sudah mengatakan padanya aku akan melihat rumusnya dibuku catatan secara diam-diam tapi dia menolak. Ia yakin dia mampu mengingatnya, Yue berusaha keras mengingat rumus itu hingga hidungnya tiba-tiba mengeluarkan darah yang mengotori lembar jawabannya.
Aku panik melihatnya dan langsung ingin melaporkan kejadian itu pada guru, saat aku sudah siap untuk berdiri ia menahan tanganku dan menyuruhku untuk duduk kembali.
           Sekali lagi ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Aku tak bisa melepas pandanganku dari dirinya hingg aku dipaksa untuk pindah tempat duduk oleh guru itu. Mataku terus mengawasinya, aku sangat yakin Yue sedang tidak baik-baik saja. Bel berbunyi tanda lembar jawaban harus dikumpulkan. Segera aku menghampiri mejanya, ia bilang ia berhasil mengerjakan semua soal dengan gembiranya. Aku ikut senang mendengarnya, melihatnya bisa tertwa hingga matanya nyaris tak terlihat benar-benar membuat hatiku tenang walau lembar soalku kosong.
           Hari terakhir ulangan, selesai ulangan ia mengajakku pergi kesuatu tempat. Sebuah bukit kecil yang tak jauh dari sekolah, ia bilang ia sering ketempat ini kalau ia merasa dirinya tidak sedang baik-baik saja. Aku bertanya, apa itu tentang orang tuanya namun dengan mantap ia menggelangkan kepalanya. Yue bilang ia tak pernah merindukan kedua orangtuanya karna mereka berdua ada didalam hatinya. Ia menceritakan keinginanya untuk melihat Sunrise. Ia sangat suka dengan sunrise dan berharap suatu hari nanti ia bisa melihat sunrise.
           Aku mengajaknya ke pantai untuk melihat sunrise hari sabtu besok. Namun ia menolak ajakanku, ia bilang ia tidak suka pantai. Yue bilang pantai itu tempat untuk melihat sunset bukan sunrise dan ia tidak suka sunset. Saat aku bertanya mengapa ia hanya menjawabku dengan senyumannya. Aku bertanya sekali lagi padanya namun Yue malah menjawabnya dengan jawaban yang menurutku tidak ada hubungannya.
           “ Kalo kita dipantai, kita enggak bisa liat gunung. Tapi kalo kita digunung kita bisa liat pantai, itu salah satunya (menunjuk sebuah aliran sungai kecil yang ada daratan dipinggirnya)kalo dipantai itu yang paling cocok adalah melihat Sunset, kalo digunung baru cocok untuk melihat sunrise, Yue pengen bisa pergi kegunung buat liat Sunrise.”
           “ Inikan bukit bukan gunung? Lagian gunung itukan tinggi, pasti bisa diliat dari mana aja.” Bantahku.
           “ Memang, tapi Gemma hanya bisa melihatnya dari satu sisi. Tidak jelas. Coba kalo Gemma dari atas gunung, Gemma bisa melihat pantai dengan sangat jelas dan bahkan lebih indah. Lalu akan timbul perasaann kalo kita adalah yang paling tinggi, paling berkuasa karna kita bisa melihat kesekeliling kita dengan bebas tidak seperti dipantai yang bisa diliat Gemma hanya pasir dan air laut yang ada batasnya.”
           “ Laut itu luas, Yue..”
           “ Tapi mata Gemma akan terbatas karna terlalu luas itu, berbeda dengan diatas gunung, skala batasnya akan jauh berbeda. Coba saja!”
           “ Memangnya kamu sudah pernah naik gunung?”
           “ (menggeleng) itu semua ada disini dan disini.” Memegang kepalaku dengan kedua tangannya dan melanjutkan kedadaku, tempat hati berada. “ Gemma hanya perlu memainkan imajinasi Gemma sambil merasaknnya, maka Gemma bisa keliling dunia dengan mudahnya.”
           Aku ingin menyanggahnya lagi, namun melihat matanya yang kembali bersinar-sinar itu aku mengurungkan niatku. Aku tak ingin merusak kebahagiannya, terutama senyum bahagianya itu. Disetiap senyumnya ada satu ketenangan yang ia berikan untukku. Ia lalu bertanya mengapa aku tak pernah percaya pada Tuhan, aku menceritakan tentang ayahku yang meninggal dalam tugasnya saat di Aceh dulu, padahal ibuku slalu berdoa pada Allah agar menjaga ayahku. Tapi Allah tak mengabulkannya, itu berarti Allah tak pernah ada. Ia tersenyum mendengar ceritaku dan menjelaskan pengertian Tuhan menurut pandangannya.
           “ Gemma, kalo semua doa umat manusia selalu dikabulkan oleh Tuhan tidak akan ada yang namanya rasa untuk berusaha. Selain berdoa kita itu dianjurkan untuk berusaha agar kita tidak jadi orang yang pemalas. Tuhan itu punya banyak client yang harus dilayani, Tuhan tentunya harus memilah-milah mana doa yang paling penting. Pekerjaan Tuhan itu tidak gampang, namun Dialah yang paling tau. Kalo ayah Gemma diambil saat bertugas di Aceh, itu mungkin karna Tuhan terlalu sayang pada ayah Gemma. Seharusnya Gemma bangga pada ayah Gemma, dan tidak boleh marah pada Tuhan karna ayah Gemma adalah seorang pahlawan yang berani mengorbankan nyawanya untuk membela bangsa dan mempertahankan wilayah kekuasaan NKRI. Meninggalnya ayah Gemma akan dianggap sebagai prajurit yang pemberani em, Yue pernah dengar tentang Jihad walaupun tak sama tapi sepertinya itu serupa. coba pikirkan, seandainya ayah Gemma selamat dari peristiwa itu lalu ayah Gemma kembali kerumah dan besoknya saat ingin berbelanja ayah Gemma meninggal karna kecelakaan, siapa yang akan mengingatnya? Apa tetap akan ada yang menganggapnya pahlawan selain keluarga Gemma? Tuhan itu baik, Dia tau mana yang terbaik untuk Gemma dan keluarga, Tuhan juga sayang pada ayah Gemma, makanya dia ambil ayah Gemma.” Jelasnya panjang lebar. Aku tau diujung matanya ada sebutir air yang siap untuk jatuh dalam hitungan detik, namun belum sempat jatuh ia keburu mengahapusnya. “ (tersenyum) pasti ayah Gemma dengan arang tua Yue sekarang sedang minum teh sambil ngeliatin kita dari surga.” Ujarnya sembari melihat langit.
           Tidak hanya tingkahnya, pikirannya juga seperti anak kecil terlalu polos dan simpel. Wanita ini hebat, aku kagum dengannya, dengan caranya berpikir, berbicara, menilai sesuatu, bertindak, dan mengemukakan pendapatnya.
           “ Menurut Gemma kalo bukan Tuhan siapa yang menggerakkan matahari? Membuatnya terbit dan tenggelam, membuat bumi kita tidak berbenturan dengan planet lain? Itu semua bukti bahwa Tuhan ada, walau tidak terlihat namun sesungguhnya Tuhan itu ada disini Gemma (memegang dadanya) dihati kita. Tuhan itu selalu dekat dan berada disamping kita, jadi Gemma tidak boleh ragu. Kalo bukan Tuhan lantas siapa yang mengizinkan matahari bersinar terang? Dia bisa saja membuat matahari berhenti bersinar dan membuat Dunia menjadi gelap gulita, tapi dia tidak mau begitu karna dia sayang sama Gemma, sama Yue, akong, dan semua umatnya. Tuhan itu menakjubkan, dia bisa ambil nyawa kita sesukanya membuat orang sehat tiba-tiba meninggal, dan memberi waktu untuk orang yang sekarat merasakan indahnya hidup ini walaupun singkat.”

R     R    R


           Aku berlibur ke Samarinda untuk mengunjungi kakek ibuku, dan saat aku kembali aku segera bertandang kerumah Yue untuk memberikannya oleh-oleh, sebuah baju shanghai berwarna merah. Aku yakin, Yue pasti akan cantik saat memakai ini. Namun saat aku kesana, rumahnya terlihat sepi, toko milik akongnya juga tutup. Aku mencoba mengetuk pintu rumahnya dan akongnya keluar.
           Akongnya yang sudah tua itu mempersilahkanku duduk dirunag tamunya yang sederhana. Orang tua itu tak banyak bicara, ia meninggalkanku sebentar lalu kembali dengan selembar surat ditangannya. Ia duduk dihadapanku, matanya berkaca-kaca sembari menyerahkan amplop itu padaku. Aku menerimanya dengan wajah bingung disudut bawah amplop itu tertulis namaku ‘untuk: Gemma’ dengan hati-hati kubuka amplop merah itu dan aku mulai membacanya dengan seksama.
           Hai Gemma..
                        Gemma apa kabar? Semoga baik-baik aja ya, bagimana apa Gemma sudah menemukan bukti bahwa Tuhan itu ada dalam perjalanan menuju Samarinda seperti yang Yue suruh lakukan? Pasti belum. Gemmakan keras kepala, Gemma mana pernah mau percaya pada Tuhan jadi Gemma pasti tidak melakukan apa yang Yue katakan, betulkan? (aku tertawa membacanya) Gemma, waktu Gemma baca surat ini Yue sedang pergi. Yue pergi dan enggak balik lagi, Yue pindah rumah..
                        Tapi Gemma jangan sedih, kita akan segera bertemu lagi saat lebaran Imlek nanti. Yue janji, Yue bakal datang menemui Gemma untuk yang terakhir kalinya. Oh iya, Yue sudah bertemu ayah Gemma lho, ayah Gemma gagah, tampan seperti Gemma, dan baik. Dia ramah sama Yue, dia menanyakan keadaan Gemma pada Yue, dan Yue bilang Gemma baik-baik saja tapi Gemma sedikit nakal karna tidak mau percaya sama Tuhan. Ayah Gemma sedih waktu mendengar itu, Yue juga sedih L
                        Ada satu hal lagi yang mau Yue kasi tau pada Gemma tentang mengapa Yue tidak suka sunset. Yue sedang sakit, jadi Yue takut dengan hari esok. Hari esok itu ditandakan dengan sunset makanya Yue tidak suka sunset dan lebih suka pada sunrise karna dengan begitu Yue akan merasa Yue baik-baik saja. Namun setiap sunset Yue akan selalu merasa takut, Yue takut tidak bisa melihat sunrise lagi, Yue takut tidak bisa bertemu dengan Gemma dan akong lagi, Yue takut dengan pergantian hari, dan yang paling Yue takutkan adalah Yue tidak bisa mendengar pertanyaan-pertanyaan dari Gemma lagi..
                        Gemma, Yue tidak bisa tulis panjang-panjang soalnya Yue mau masuk ruang operasi Yue mau melakukan eksperimen dulu kalo berhasil Yue akan punya rambut yang panjang lagi tapi kalo tidak rambut Yue akan segini terus. Yue punya sesuatu untuk Gemma, kalung keberuntungan yang slalu Yue pake mau Yue kasi ke Gemma, Gemma terima ya?! J
Oh iya, Gemma jangan lupa belajar biar Gemma enggak nyontek buku catatan terus kalo pas ulangan Ok?
                        Yue masuk ruang operasi dulu ya, Gemma.. jaga diri Gemma baik-baik Yue akan selalu ingat pada Gemma karna Gemma selalu ada dihati Yue dan Gemma tidak boleh melupakan Yue, janji?!

                                                                                                                                            Shoe Yue Lian

           Aku melipat kembali suratnya dan memasukkannya kedalam amplop merah. Aku tak dapat menyembunyikan rasa kehilanganku ini. Air mataku ingin menetes tapi tak bisa, suaraku tertahan ditenggorokan. Yang bisa kulakukan hanya menunduk.aku pikir hari ini aku akan melihat Yue tersenyum hingga matanya nyaris terlihat tapi ternyata aku salah. Saat aku pulang tak sengaja aku melihat kearah meja yang sering dibakarkan stanggi oleh Yue, aku melihat fotonya berada diantara foto kedua orang tuanya, fotonya sedang tersenyum dengan wajah yang sangat manis dan tentu saja dengan mata yang nyaris tak terlihat. Aku tersenyum sekilas kearah foto itu, hatiku benar-benar sakit, hingga untuk terus melangkah menuju pintu keluar saja terasa berat. Saat kakiku mulai melangkah meninggalkan rumah Yue, pipiku terasa basah, ada sesuatu yang mengalir diatasnya ntah apa aku menyebutnya.

R     R     R

           Aku memejamkan mataku, berdiri tegap diatas bukit, menghitung dalam hatiku sambil merasakan semilir angin yang membelai wajahku. 1..2..3..4..5 aku membuka mata. Aku melihat secercah cahaya kuning tampak muncul dari arah timur, aku tersenyum bangga dengan diriku sendiri. Dan dalam hitungan menit cahaya itu telah penuh yang lalu kusebut matahari, yang Yue sebut sunrise. Hari ini hari tahun baru Imlek, sambil menutup mata aku berkata pelan pada diriku sendiri.
           “ Aku percaya Tuhan, Yue.. sekrang aku percaya! Beritau ayahku, aku sudah percaya Tuhan jadi aku harap dia tidak sedih lagi. Yue, selamat tahun baru Imlek.” Ujarku sembari membuka mata.
           Aku melihat Yue disampingku, berdiri tegap menyaksikan sunrise, rambut panjangnya berkibar diterpa angin bukit ini. Ia memakai baju yang ingin kuberikan padanya, ia menatapku lama sambil melempar senyumnya yang selalu bisa membuat hatiku merasa tenang. Kututup kembali mataku dan saat kubuka Yue tlah menghilang, menyisakan aroma harum yang tak asing dihidungku, aroma rumput basah.
           Tuhan sangat menyayangi Yue, karna itu Ia mengambilnya. Walau aku tak bisa melihat Yue, tapi aku bisa merasakan keberadaannya, didalam hatiku dan Yue selalu ada didekatku. Sama seperti Tuhan yang slalu menemaniku menjalani hidup ini.

  
R     R     R