Senin, 08 April 2013


PEMANTIK DI TEPI PANTAI

              Dua orang asing bertemu dalam sewaktu waktu, lantas apa yang membuat mereka kemudian tampak saling akrab? Kopi dan pemantik, ada banyak cerita yang bisa dimulai dari secangkir kopi dan pemantik namun sebagian mengatakan itu hanya berlaku untuk kaum pria. Benarkah?! Ada lagi, bola. Bola bisa menyatukan seluruh lapisan masyarakat dari pria hingga wanita, kaya sampai miskin dan anak-anak hingga dewasa. Dari semua ini yang mana yang membuat anda bertemu dan mulai berbincang dengan orang asing? Atau mungkin anda memiliki hal lainnya?? Ceritakanlah.. dan ini adalah kisah pertemuan dari sebuah pemantik.

***

              Pernah terbayang memiliki sahabat yang kalian kenal dari kecil hingga dewasa? Yang kalian kenal dari kalian masih sering berbagi ingus, bermain kelereng atau rebutan karakter power ranger? Yang dalam seminggu kalian akan menjadwalkan setidaknya dua hari khusus untuk teman kalian itu? Saya punya. Saya kenal dua orang ini dari saya masih menganggap matahari itu sahabat dan kotor itu adalah indah. Alit dan Philip, mereka berdua adalah kakak beradik yang beda usia 3 tahun dan kami sudah saling mengenal, sejak kapan saya tidak tahu pasti yang jelas saat saya sudah dapat mengingat dengan baik saya sudah berteman akrab dengan mereka.  Awalnya persahabatan kami ini dimulai karna rumah kami yang saling bersebrangan disebuah komplek perumahan yang asri. Sejak saat itu setiap hari kami selalu bermain bersama, baik pagi, siang, sore bahkan sampai malam dan masing-masing orang tua kami harus menjemput kami bertiga untuk segera pulang.
              Namun saat saya dan Philip kelas 2 SMP, Alit dan Philip harus pindah rumah karna sesuatu hal tapi karna saya dan Philip bersekolah di sekolah yang sama komunikasi masih tetap berjalan dengan baik dan kami masih sering membuat janji untuk bertemu suatu waktu.
              Saya Almira, sekarang saya masih tercatat di salah satu perguruan tinggi negri jurusan sastra Indonesia begitu juga dengan Philip yang masuk di perguruan tinggi negri yang sama hanya Philip memilih untuk masuk di jurusan arsitektur dengan alasan agar ia dapat membuat rumah untuk calon istrinya nanti. Rumah yang sederhana tapi ramah lingkungan, nyaman, minimalis, dan penuh cinta, ya begitulah impian sederhana seorang Philip. Saya dan Philip saat ini sama-sama sedang menjalani magang di perusahaan masing-masing sementara Alit, kakak tiri Philip telah menjadi karyawan disebuah perusahaan yang bergerak dibidang advertising. Biasanya kami selalu menghabiskan waktu untuk makan mie ayam bersama di sebuah warung mie ayam langganan kami atau sekedar nonton bola bareng di café favorit kami. Dalam seminggu dan tidak peduli sesibuk apapun kondisinya kami tetap harus saling bertemu, minimal kami menyediakan 2 hari untuk saling bertemu entah itu untuk makan mie ayam, nonton bola, atau sekedar duduk-duduk di café bersama sembari berbagi cerita sambil menikmati secangkir kopi favorit kami masing-masing.

Selasa, 02 April 2013


SKETSA MERAH

                   Untuk apa kau tetap mencintai seseorang yang kau tahu pasti tak akan pernah membalas cintamu? Atau kau tahu pasti bahwa kalian tak dapat bersama?
◊     ◊     ◊
                  
            Sejak kepindahan rumahku ketika aku baru saja masuk SMP aku telah mengenalnya. Erga, untukku dia adalah sosok sahabat yang tak mungkin pernah tergantikan oleh apapun, berapapun nilai mata uang, atau berapa banyak kemewahan yang dapat kalian suguhkan untukku. Aku mengaguminya dari segala sisi dalam hidupnya, baiknya adalah keberhargaan untukku sedang buruknya adalah kebaikan untukku.
                   Dua hari yang lalu aku mengunjunginya di sebuah panti jompo, dia masih seperti dahulu, tak banyak bicara, selalu menggambar, dan mata itu masih sama seperti dulu saat menatapku, menenangkan.
                   Aku baru tahu bahwa ia mencintaiku ketika kami menginjak kelas dua SMA. Saat itu aku sedang menunggu kepulangannya dari rumah sakit dikamarnya. Duduk diam aku diatas tempat tidurnya hingga mataku tertarik pada tumpukan buku sketsa berwarna merah. Aku tau Erga senang sekali menggambar, namun yang aku tau dia hanya mempunyai satu buku sketsa berwarna hijau yang slalu ia bawa kemana-mana, dan slalu ia ganti bila kertasnya sudah habis.
                   Kubuka lembar pertama buku itu, “ Ketika siutnya angin tak dapat ku rasakan…” tulisan pertama yang ada dilembar pertama dalam buku itu. Lembar kedua, aku melihat sketsa yang sudah sangat rapi, seorang anak SMP berambut pendek yang baru saja pulang dari sekolahnya dengan membawa pot  tanamannya yang terlihat tidak baik-baik saja. Anak kecil itu duduk di dalam kamarnya dengan wajah sedih. Hingga pada lembar-lembar berikutnya, buku itu penuh dengan gambar anak SMP yang sama lalu tak lama ku ambil buku kedua, pada lembar pertamanya bertuliskan “ Episode 2 “ masih penuh dengan gambar anak SMP tersebut hingga buku kelima kubuka. Lembar pertamanya bertuliskan “ Tempat baru untuk bermimpi “. Aku mulai mengerutkan dahiku saat melihat seorang anak SMA sedang berolahraga yang digambarnya, wajahnya masih sama, dan sepertinya aku mengenal orang ini.