Minggu, 20 Juli 2014

Senja di Kotaku

       Di suatu sore seorang wanita berambut hitam pekat dengan jaket tebal melapisi badannya, datang ke sudut kota. Ia mulai duduk di kursi yang menghadap langit sebelah barat. Wanita berambut hitam pekat itu mulai duduk tenang di rumahnya, menanti senja muncul dihadapannya. Wanita berambut hitam pekat itu selalu datang ke sudut kota setiap hari untuk menunggu senja dan baru akan pulang dari rumahnya saat malam menjelang. Sambil menunggu senja tangannya yang mungil melipat-lipat kertas yang ia dapat dari dalam tasnnya. Wanita berambut hitam pekat itu membuat burung dari kertas-kertas sambil terus menatap langit.
       Di sudut kota ini, pada bangku yang mengarah ke langit barat wanita berambut hitam pekat itu merasa sangat nyaman. Ia merasa dirinya begitu dicintai, untuk itu ia selalu kembali setiap sore untuk menunggu senja di rumahnya. Rumah yang bisa membuatnya nyaman, rumah yang membuat ia merasa dicintai, dilindungi, dan berharga serta rumah yang selalu bisa ia datangi.
       Suatu hari seorang laki-laki berusia sekitar 40an menggunakan baju putih datang menghampirinya. Laki-laki yang berpenampilan sangat rapi dan bersih itu duduk di sebelahnya sambil mencoba melihat apa yang dilihat wanita berambut hitam pekat itu. Lama ia duduk di sana, melihat langit yang sama namun tak menemukan apa yang dilihat wanita berambut hitam pekat itu.