Senja di Kotaku
Di
suatu sore seorang wanita berambut hitam pekat dengan jaket tebal melapisi
badannya, datang ke sudut kota. Ia mulai duduk di kursi yang menghadap langit sebelah
barat. Wanita berambut hitam pekat itu mulai duduk tenang di rumahnya, menanti
senja muncul dihadapannya. Wanita berambut hitam pekat itu selalu datang ke
sudut kota setiap hari untuk menunggu senja dan baru akan pulang dari rumahnya
saat malam menjelang. Sambil menunggu senja tangannya yang mungil melipat-lipat
kertas yang ia dapat dari dalam tasnnya. Wanita berambut hitam pekat itu membuat
burung dari kertas-kertas sambil terus menatap langit.
Di
sudut kota ini, pada bangku yang mengarah ke langit barat wanita berambut hitam
pekat itu merasa sangat nyaman. Ia merasa dirinya begitu dicintai, untuk itu ia
selalu kembali setiap sore untuk menunggu senja di rumahnya. Rumah yang bisa
membuatnya nyaman, rumah yang membuat ia merasa dicintai, dilindungi, dan berharga
serta rumah yang selalu bisa ia datangi.
Suatu
hari seorang laki-laki berusia sekitar 40an menggunakan baju putih datang
menghampirinya. Laki-laki yang berpenampilan sangat rapi dan bersih itu duduk
di sebelahnya sambil mencoba melihat apa yang dilihat wanita berambut hitam
pekat itu. Lama ia duduk di sana, melihat langit yang sama namun tak menemukan
apa yang dilihat wanita berambut hitam pekat itu.