Jumat, 10 Juni 2011

To Miss Bunny


To Miss Bunny

Dear Mr. Bunny..
                   Hari ini aku dan kakak pulang bersama seperti biasanya yang membedakan hari ini dengan hari-hari sebelumnya adalah kami pulang dengan kehujanan. Kakak memintaku untuk menunggu hujan saja tapi aku teringat film yang tadi malam aku tonton, aku ingin seperti itu J jadi aku minta kakak untuk tidak mempedulikan hujan yang deras ini. Awalnya kakak menolakk ajakanku tapi setelah aku memohon padanya akhirnya ia mengalah. Aku senang sekali bisa kehujanan bersama kakak. Mr. Bunny, tadi kakak memayungiku dengan jaketnya, kami berbagi jaket bersama. Walau aku tau itu tidak akan berguna karna tubuh kami tetap saja basah namun menyenangkan sekali dapat berbagi jaket bersamanya.

                                Aku menutup Mr. Bunny dan meletakkannya didalam laci meja belajarku. Hidungku sedikit memerah mungkin ini akibat kehujanan tadi siang tapi aku merasa baik-baik saja. Aku bepindah menuju tempat tidurku dan mulai mengatur letak tubuhku, setelah merasa nyaman kutarik selimut tebal untuk melindungi tubuhku dari dinginnya malam ini. Sebelum tidur kusempatkan untuk melihat fotoku bersama kakakku yang kuletakkan diatas meja disamping tempat tidurku. “ Good night kak..” ucapku dalam hati sambil tersenyum. Lalu dalam hitungan detik kututup mataku dan bersiap untuk melihat mimpiku malam ini.
                        Weker kelinciku berdering nyaring sekali, membuatku terbangun dari tidurku. Kukerjap-kerjapkan mataku lalu bangkit dan membereskan tempat tidurku. Setelah itu aku membuka jendela kamarku dan menyempatkan diri untuk menghirup segarnya udara dipagi ini. Aku mengambil handuk dan bersiap untuk mandi. Setelah selesai berkemas aku langsung menuju meja makan untuk sarapan bersama mami yang pasti sudah menungguku dan kakak sejak tadi. Dan seperti biasanya aku telah selesai sarapan kakakku baru turun dari kamarnya dengan baju yang masih berantakan, dasi yang belum terpasang, kaos kaki yang hanya sebelah dan rambut yang tak pernah selesai disisir, satu lagi sikap wajib yang dilakukan kakakku setiap pagi yaitu mengemasi buku-buku sekolahnya dan saking terburu-burunya ia sampai lupa menutup retsleting tasnya dan saat ia berlari menuruni tangga untuk segera sarapan semua buku yang ada didalam tasnya akan jatuh hingga kakak tak pernah berhasil sarapan pagi bersamaku dan mami. Ia seperti itu sudah sejak kecil dan sepertinya tidak ada satupun yang berubah hingga kini. Alhasil ia hanya menyambar selembar roti dan meneguk sedikit susunya lalu buru-buru pergi untuk memasang sepatunya diteras rumah.
                        “ Regan.. ada yang ketinggalan enggak?!” seru mami sembari menyusulku dan kakak diteras rumah. Tangan kanannya memegang kaos kaki milik kakak.
                        Melihat kaos kaki yang berada ditangan mami kakakku segera mengecek kaki kanannya dengan mengangkat sedikit celananya ke atas. Ternyata benar, dengan cepat ia mengambil kaos kaki itu dan memasangnya dikaki. Setelah selesai kakak setengah berlari untuk menyusulku yang sudah berdiri didepan pagar rumah namun ia ingat akan satu hal, sesuatu yang tak boleh ia lupakan. Ia kembali untuk mencium pipi kanan dan kiri mami sambil mengatakan “ Pergi dulu mi!”. begitulah kakakku, namanya Regan ia bersekolah disekolah yang sama denganku sejak dari SD, umur kami hanya terpaut satu tahun aku adalah satu-satunya adiknya dan dia juga satu-satunya kakak sekaligus papi untukku karna papi kami telah pergi lebih dulu untuk menemui Tuhan.
                        Kami selalu melakukan ritual lomba lari saat gerbang sekolah sudah mulai terlihat dan biasanya aku selalu kalah darinya namun saat sudah didepan pintu pagar ia akan selalu berpura-pura membetulkan ikatan tali sepatunya dan membiarkanku untuk masuk kedalam halaman sekolah lebih dulu agar aku selalu menjadi pemenang. Aku sangat menyayanginya, kakakku yang selalu baik padaku, kakakku yang selalu mengalah untukku, kakakku yang selalu ada untukku setiap saat, kakakku yang selalu membuatkan aku makan malam saat mami harus lembur dikantornya, kakakku yang selalu menjagaku dari apapun, kakakku yang selalu tau bagaimana caranya membuatku tersenyum dan kakakku yang rela melakukan apapun untuk membuatku bahagia.
                        Jam istirahat, aku menerima surat dengan amplop berwarna merah yang baru saja diberikan oleh teman sekelasku. Disudut amplop itu tertulis namaku, aku membukanya dengan penasaran lalu membacanya dalam hati. Belum selesai aku membacanya kakakku tiba-tiba saja menarik secarik kertas itu lalu membacanya. Kemudian ia tersenyum dan segera keluar dari kelasku lalu mengambil setangkai mawar merah dengan coklat dari dalam ember kecil yang menjuntai dari tingkat atas lalu menariknya dua kali. Aku menatapnya keheranan dari depan kelas sementara ia terkekeh sambil menikmati coklat yang baru saja ia ambil. Kemudian ia melihat keatas, kearah jatuhnya ember kecil yang berisi coklat dan bunga mawar. “ Woi! Thanks ya coklatnya, lumayan juga buat sarapan (ujarnya sambil menahan tawa) ngomong-ngomong dua itu artinya.. gue iseng!!” kali ini ia tak dapat menahan tawanya saat melihat ekspresi sipemberi coklat yang mendadak berubah saat mengetahui coklat itu dimakan oleh Regan dan ternyata yang memberi jawaban itu bukanlah aku melainkan kakakku.
                        Kakakku memang terkenal usil disekolah, ia sering membuat masalah dengan murid yang lain salah satunya yah kejadian ini. Kata Ajeng teman sebangkuku enggak ada satupun cowok disekolah ini yang berani deketin aku karna kakakku. Dia memang pembuat masalah tapi aku tetap menyayanginya, malahan kadang sikap usilnya itu dapat membuatku terhibur dan tak jarang tersenyum lebar bahkan sampai tertawa. Waktu aku masih SMP ia pernah membalas surat cinta yang diberikan untukku dan memberikan syarat kepada sipenembak, aku masih ingat saat ia meminta sipenembak untuk membuka celananya dan mengibarkannya dari tingkat tiga hingga anak itu menjadi tontonan seluruh siswa.
                        Saat dalam perjalanan menuju rumah ia tak berhenti menggodaku dengan menirukan adegan sok romantis sambil memegang setangkai mawar merah milik sipengirim surat saat jam istirahat. Aku hanya bisa tersenyum sambil sesekali tertawa kecil melihat tingkahnya hingga tak melihat ada batu besar didepanku dan tak sengaja menginjaknya yang kemudian membuatku terjatuh. Saat melihatku jatuh terduduk sambil meringis kesakitan kakak segera menghampiriku, ia kemudian menyuruhku untuk naik kepunggungnya sambil membawakan sepatuku. Ini bukan pertama kalinya ia menggendongku namun tak peduli seberapa sering ia menggendongku aku tetap merasa ini adalah moment yang sangat berharga seperti saat pertama kali ia menggendongku dulu waktu aku jatuh saat bermain sepatu roda. Saat aku berada diatas punggungnya aku seolah dapat merasakan apapun yang kakak rasakan dan rasanya semua masalahku dapat hilang begitu saja paling tidak semuanya menjadi lebih baik.

Dear Mr. Bunny..
                   Karna terlalu memperhatikan kakak dan terlalu asik tertawa aku sampai tidak melihat batu yang ada didepanku hingga aku terjatuh tapi kakak menggendongku dan seperti biasa karna ia tau aku paling tidak mampu menahan rasa sakit dan bila luka aku mudah sekali menangis ia menyanyikan lagu untukku, lagu yang sama yang selalu ia nyanyikan saat ia tau aku akan segera menangis atau terluka saat sepeeti ini. Mr. Bunny, hari ini aku sangat senang bahkan lebih senang dari kemarin aku jadi teringat saat pertama kali kakak menggendongku. Waktu itu umurku masih enam tahun, aku baru saja mendapat hadiah sepatu roda dari papi dan saat aku baru saja mencobanya aku terjatuh dan menangis menahan sakit namun kakak datang untuk menggendongku dan menenangkanku dengan lagunya. Sejak hari itu aku tau bahwa superman itu nyata karna kakakku telah membuktikannya, mulai sejak saat itu aku menganggapnya sebagai pahlawan dan selalu menggantungkan hidupku dengannya.
                   Andai saja dia bukan kakakku dan aku bukan adiknya, aku selalu berharap tidak terlahir sebagai adiknya bukan karna aku menyayanginya tapi karna aku. . . . Mr. Bunny, kalo aku ini bukan adiknya kakak apa kami tetap akan saling bertemu? Apa dia akan tetap bersamaku??
                        Buku harian bergambar kelinci putih dengan topi hitam dikepalanya yang kupanggil Mr. Bunny itu kututup dan kuletakkan kedalam laci meja belajarku. Baru saja aku menghembuskan nafas panjangku saat tiba-tiba pintu kamarku diketuk dua kali kemudian terbuka sedikit. Dari celah pintu yang terbuka itu aku melihat kepala kelinci yang besar, aku tersenyum lebar saat melihatnya. Kelinci raksasa itu lalu masuk kedalam kamarku dan bertanya tentang lukaku? Tak lama kakak melepas kepala kelinci itu dan membuatku tak kuasa untuk tidak tertawa saat melihat ia dengan sengaja memakai gigi kelinci. Lihatlah, ia selalu tau bagaimana caranya membuatku merasa lebih baik tepatnya melupakan masalahku. Ia membantuku berjalan menuju tempat tidur dan kemudian menyelimutiku. Sebelum pergi ia menarik hidungku pelan sambil mengatakan “ Good Night  Miss Bunny, get well soon..” ujarnya sambil tersenyum lalu mematikan lampu kamarku saat memastikan mataku telah terpejam. Ia berjalan dengan berjinjit, membuatku tak kuasa menahan senyum. Ia pikir aku telah benar-benar menutup mata padahal tidak. Aku ingin melihatnya keluar dari kamarku sebelum aku benar-benar menutup mata. “ Good Night  Mister Bunny, have a nice dream..” bisikku dalam hati saat melihatnya menutup pintu kamarku.

T     T     T

Dear Mr. Bunny..
                   Baru saja aku melihat kakak ketiduran disofa dengan Tv yang masih menyala. Aku bangun untuk mendapatkan segelas air minum saat mendapatinya sedang terbaring disofa, awalnya aku mengabaikannya namun aku juga tak dapat berbohong pada diriku sendiri. Aku mendekatinya perlahan, memperhatikan wajahnya yang sedang tertidur pulas itu dengan seksama. Ajeng benar, kakak tampan bahkan terlalu tampan untuk menjadi kakakku. Aku naik kekamarnya untuk mengambil selimut dan menyelimutinya, ini bukan kali pertama aku melihat wajah kakak dengan jelas namun ini kali pertama aku melihat kakak dengan jelas dengan jarak yang begitu dekat tanpa ia sadari. Aku dapat mengamati setiap garis diwajahnya dengan bebas tanpa takut ia akan melihatku. Dengan takut-takut kuraba salah satu alis matanya, lalu kukecup keningnya pelan. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku mengecup kening kakak dan pertama kalinya dalam hidupku aku mencium seorang laki-laki. Mr. Bunny, apa yang harus aku lakukan? Aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri, tadi saja aku hampir mencium bibirnya bila saja ia tidak memiringkan badannya tiba-tiba dan memunggungiku. Kenapa aku harus menjadi adiknya? Aku selalu berharap kalo kakak bukanlah kakakku yang sebenarnya. Aku tau aku salah, aku tau ini tidak benar tapi dialah alasan kenapa hingga kini aku tak ingin memiliki pacar selain kakak.
                       
                        Saat aku baru saja turun dari kamarku untuk sarapan, ini pertama kalinya aku melihat kakak duduk di meja makan dan sarapan bersama mami. Ia telah lebih dulu dari padaku dan semuanya telah rapi. Dasinya telah terpasang dengan benar, begitu juga dengan sepatu dan kaos kakinya, tasnya juga telah ditutup dengan baik dan ia gantungkan dikursinya. Aku lalu menarik kursi disebelahnya dan sarapan bersama. Namun ada yang beda pagi ini tentu saja selain kakak yang tiba-tiba telah rapi dan sarapan duluan sebelumku karna biasanya ia selalu kesiangan bangun, pagi ini kakak sama sekali tak banyak berbicara ia juga tak menatapku. Ternyata tidak hanya aku yang merasakan perubahan kakak pagi ini, mamipun membenarkannya dengan bertanya pada aku dan kakak apa kami sedang bertengkar namun kakak dengan cepat menjawab tidak sambil menyudahi sarapannya. Sepanjang jalan menuju sekolahpun kakak tetap diam dan ia memilih untuk berjalan didepanku padahal biasanya ia selalu disampingku. Gerbang sekolah telah tampak, biasanya disinilah kami memulai start namun kali ini ia hanya jalan terus tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Tak biasanya kakak seperti ini dan kakak tetap seperti itu sampai saatnya pulang sekolah.
                        Hari ini ia benar-benar tak ada menegurku ataupun melihatku sama sekali. Aku memberanikan diri untuk menyusulnya yang telah berjalan mendahuluiku, kulihat ia sekali namun ia tetap tidak membalas tatapanku seperti biasanya. Saat aku tanyakan ada apa dengan dirinya, ia hanya menghentikan langkahnya menatapku sebentar lalu kembali berjalan meninggalkanku. Hari ini ia terlihat dingin.
                        Pukul tujuh lebih sepuluh menit ia mengajakku keluar, ia membawaku ke taman yang ada komplek perumahan kami. Aku dan kakak terduduk untuk beberapa saat tanpa suara sedikitpun lalu tiba-tiba ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Tanpa melihat wajahku ia bertanya padaku, sebuah pertanyaan yang menurutku sangat aneh ditanyakan olehnya.
                        “ Kenapa kamu belum punya pacar?” tanyanya memecah keheningan diantara kami.
                        “ Apa? Maksud kakak, apa?” tanyaku bingung.
                        “ Apa selama ini kamu telah mencintai seseorang?” pertanyaan kali ini membuatku kaget. Rasanya baru saja ada petir yang nyaris menyambarku.
                        “ Ha? Ee.. kakak bicara apa sih? Kenapa tiba-tiba, kakak.. em.. bertanya seperti itu?” tanyaku gugup.
                        “ Bagaimana kamu melihatku? (ia menatapku tajam) apa kamu melihatku sebagi laki-laki?”
                        “ Kakak ini bicara apa sih (ujarku dengan sedikit menyelipkan tawa diantara gugupku) tentu saja aku melihat kakak sebagai laki-laki karna kakakkan memang laki-laki!” jawabku sambil berusaha tertawa dan memijat keningku pelan. Kakak terdiam akupun sama, kami kembali tidak saling berbicara, kembali hening.
                        “ Kamu tidak cukup pandai untuk menyembunyikan sebuah kebohongan, karna kamu bukan pembohong! Gita, aku menyayangimu benar-benar menyayangimu- sebegai seorang adik. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu?” kali ini aku benar-benar tidak bisa berbicara dibuatnya. “ Gita, bila itu tentang pangeran.. aku berbohong! Saat itu aku hanya berusaha untuk menghiburmu tanpa maksud apapun. Kamu tak akan pernah menjadi putriku karna kamu adikku.” Kakak terlihat berusaha menenangkan dirinya sendiri.
                        “ Kalo aku bukan adik kakak apa kakak tetap akn menjadi pangeranku? Kalo aku bukan adik kakak apa kakak akan mengatakan itu dengan jujur?” tanyaku dengan air mata yang mengalir.
                        “ Situasinya akan berbeda!” benataknya tiba-tiba membuatku semakin terluka.
                        “ Benarkah?! (aku tertawa diantara tangisku) aku tau ini tidak benar tapi aku yakin ini bukanlah kesalahan, cinta tidak pernah salahkan? Hanya saja situasi kita yang tidak tepat karna aku adik kakak. Apa setelah ini aku akan tetap menjadi adik kakak?” tanyaku sambil terus meneteskan air mata.
                        Tidak tahan melihat air mataku yang terus berlinang, kakak memelukku membenamkan kepalaku kedadanya. “ Aku mohon hentikan! Selama kamu masih bisa menghentikannya. Aku minta maaf, aku tau ini kesalahanku karna terlalu menyayangimu hingga membuatmu salah memahami sayangku. Tapi aku mohon sebagi seorang kakak hentikan selagi masih bisa untuk dihentikan.” Ujarnya sambil terus memelukku. Aku tau kakak menangis, aku dapat merasakannya.

T     T     T

5 tahun kemudian..
Dear Mr. Bunny..
                   Sudah 7tahun sejak kakak memintaku untuk menghentikan perasaanku padanya, tapi itu tidaklah mudah untukku. Kakak adalah lakilaki pertama yang membuatku jatuh cinta dan laki-laki pertama juga yang telah mematahkan hatiku dan yang membuat situasinya semakin sulit adalah kami selalu bertemu karna kami masih tinggal dibawah atap yang sama dan perlakuan kakak yang tak berubah sedikitpun padaku, ia masih seperti dulu selalu tau bagaimana caranya membuatku tersenyum, selalu ada untukku dan selalu membuatku jatuh hati. Aku tau aku jatuh cinta pada kakakku sendiri saat aku masih dikelas 8 saat ia pacaran dengan temanku sendiri, aku benar-benar marah dan kecewa. Sejak saat itu aku tau bahwa aku mencintainya dan hingga kini aku masih tak dapat melihatnya dengan wanita lain sekalipun wanita itu sebaik dan secanti Ajeng, sahabatku sendiri.
                                   
                        Kakak, aku belum bisa melepaskanmu.. aku masih belum bisa melihatmu duduk disamping wanita lain sekalipun itu Ajeng. Melihatmu tertawa bersama Ajeng dan melihatmu membawanya malam ini untuk kau kenalkan pada mami itu membuat hatiku benar-benar terluka. aku belum siap untuk kau kenalkan pada wanitamu yang sudah terlanjur satu meja malam ini denganku dan mami..

T     T     T

                        “Kau masih belum pintar menyembunyikan kebohongan Gita, aku masih dapat melihatnya dari matamu dan tentu saja dari caramu menatap Ajeng. Maafkan aku Gita.. taukah ko malam itu aku ingin sekali membiarkanmu mencium bibirku namun aku harus bisa mengendalikan perasaanku taukah ko malam itu aku menangis bukan karna aku merasa gagal dan sedih melihatmu namun karna aku benar-benar sangat mencintaimu dan tak mampu menunjukkannya dengan cara apapun kecuali dengan menjadi seorang kakakmu, taukah kau kenapa aku selalu menggagalkan setiap laki-laki yang menyatakan cinta padamu? Karna aku tak ingin kau dimiliki oleh orang lain namun aku tau ini tidak dapat dibenarkan walau kau benar cinta memang tak pernah salah hanya situasi kita yang tidak tepat kau adalah adikku dan aku adalah kakakmu. Gita, aku mohon hentikan cinta itu buang semua rasamu yang tumbuh atas diriku karna aku tak ingin melihatmu semakin terluka karnaku, maafkan aku yang tlah membuatmu merasakan cinta yang salah karna telah membuatmu merasakan cintaku yang juga salah untuk situasi ini.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar