Sabtu, 19 November 2011

Semu di Ruang Nyata

Terkadang realita itu terasa sangat muram, imajinasi jauh lebih menjanjikan..
Saya tidak yakin apa saya menderita skizofrenia atau bahkan autis, tapi 2 dunia tlah berdampingan lurus sejak lama. Membuat saya menjadi jauh lebih menderita karena tak sanggup memisahnya.
Saya banyak berdialog dengan bayangan sendiri, dengan diri saya sendiri..
Kemudian mendiskusikan sesuatu yang tidak pernah benar" terjadi, itu bentuk nyata dari apa? Autis? Atau Skizofrenia??
Realisasi dunia imajinasi yang membaur pada kehidupan nyata membuat garis" semu yang tak dapat saya pisah, saya bedakan dan saya mengerti. Saat pikiran ini dikuasai ketidakpuasaaan yang tak dapat terpenuhi dunia warna-warni bak di dalam cerita dongeng hadir menyuguhkan keromantisme dunia, menawarkan sejuta harapan yang tak saya dapati atau yang tak bisa saya raih..
aku ingin terus berada di sana namun sisi lain dari pikiran yang masih berada di dunia nyata menarikku untuk kembali..
Setengah pikiranku di dunia ini, setengahnya entah di mana mencari suatu gubuk kecil di atas bukit yang sejuh dengan pemandangan alam yang eksotis kemudian ada taman di depan gubuk dengan bunga" kecil, beberapa ekor kelinci putih, pohon cemara, dan sungai kecil di belakang rumah yang menjadi aliran langsung dari mata air gunung..
Sosok" ilusi kekasih pujaan hati, pangeran impian yang berkuda putih terpapar jelas. Aku tak bisa menemukannya di duniaku, di negri dongengku aku tak butuh uang untuk hidup hanya butuh cinta, kasih sayang dan semua akan menjadi indah..
aku tak perlu menunggu hujan kemudian melihatnya dari balik jendela hanya untuk meresapi setiap tetesan" air berkah itu hanya untuk mengkhusukkan memoryku tentang kekasihku karena di negriku dia dapat ke sentuh, ku peluk, ke pegang tangannya, ku kecup keningnya, dan ku dekap tubuhnya erat penuh cinta! 
Untuk sesaat menjadi penderita Skizofrenia terasa jauh lebih baik, atau mungkin menjadi autis saja? Maksudku benar" autis! Rasanya-rasanya melihat dunia luas dan terkurung di balik kamar di sebuah rumah sakit jiwa tidak ada bedanya toh, dunia yang aku lihat tak seindah dulu walau tampak begitu luas namun telah terkotak-kotak, membatasi indra penglihatanku. Kalau aku boleh memilih aku ingin tidak dilahirkan dari pada dilahirkan tapi mendapat penderitaan seperti ini, terkungkung oleh kedua dunia yang telah lama menemaniku, aku saja sudah lupa sejak kapan aku berbicara sendiri, berdiskusi sendiri, tertawa sendiri dan selalu berpikir sendiri, yang pasti sejak aku sudah mampu mengingat aku sudah seperti itu.
Atau aku berkripadian ganda? Apa kelainan semacam itu ada? Apa itu juga satu di antara jenis gangguan jiwa? Mungkin.. Mungkin aku sudah benar" tidak normal. Aku dapat berubah" tanpa dapat aku kontrol, kadang begini dan terkadang begitu. Aku tidak pernah tau bagaimana caranya aku bisa sampai di anatara dua perbedaan alam yang jauh sekali perbedaannya ini tapi yang pasti aku terjebak, terjebak hingga tak mampu melarikan diri..

Sabtu, 05 November 2011

Sebuah Persembahan Kecil Untuk Sahabat Saya

PEMAKSAAN!!
Itu yang sahabat saya lakukan, dia ingin kado ulang tahunnya tahun ini adalah sebuah cerpen singkat tentang romansa cintanya bersama sang kekasih (caelah, so sweet banget dah^^) well, saya buatin walau sedikit terlambat ngasinya akibat rutinitas yang sangat padat. Begitulah kalau menjadi maba, masih banyak hal-hala yang tidak penting untuk dilakukan dan pengadaptasian diri. Dari pada berpanjang-panjang lebar this is the short story from me for Dian Lupita Kusumawati yang baru aja nambahin umurnya yang ke -18 pada 31 Oktober yang lalu.. Happy Reading and Happy Birthday^^


Romansa Lilin Cinta

                   Cinta itu bisa datang kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja. Begitulah yang aku ketahui, aku tidak pernah menyangka bahwa orang yang aku cintai saat ini adalah orang yang sudah sejak lama aku kenal, adalah orang yang tak pernah sekalipun terbesit dibenakku akan menjadi kekasihku, sama sekali tidak pernah.

*    *     *

                   Sebuah rutinitas dan frekuensi menjadi satu di antara sekian faktor yang menyababkan benih-benih cinta itu tumbuh di antara kami, aku dan dia. Sebelumnya aku tak pernah menduga bahwa ceritanya akan bergulir seperti ini namun dia adalah kebahagiaan yang tak bernilai untukku. Ada banyak hal yang kami lewati, ada begitu banyak cerita yang melatar belakangi dan ada sekian pertanyaan yang membayangi. Ini bukanlah kesempurnaan dalam sebuah hubungan, hanya saja setiap detik yang bergerak maju, setiap helai keraguan yang menguap, setiap deret perkelahian membuat rasa sayang ini masih berlanjut, masih hadir di antara hatiku dan kuharap hatinya serta masih membungkus manis kotak-kotak cinta yang kian terpatri semakin dalam ini.
                   Masa lalu di antara kami berdua membuatku terkadang meradang dengan segala logika dan keraguan, membuatku bertanya “benarkah”, “cintakah”, “tuluskah”, atau hanya sebuah fiksi yang terselip di antara fakta-fakta yang sengaja tak terungkap atau tak ingin diungkap karena sesuatu hal. Terlepas dari itu semua aku selalu meyakini ini adalah yang terbaik untukku dan aku sedang berusaha untuk menjalaninya walau tak dapat kupungkiri bayang-bayang seorang wanita lalu membuat hatiku terkadang dapat meluluh, bersalah dan semua hal yang dapat membuatku menjadi tidak dalam keadaan baik-baik saja.
                   Aku tak pernah menyalahkan siapa-siapa, akulah yang salah bila memang ada orang yang patut dipersalahkan namun sekali lagi cinta itu bisa datang dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja begitu juga atas diriku yang dihinggapi cinta dan belum mau pergi. Aku menyayanginya..

*    *     *

                   Sebuah meteor menghujam, hatiku kembali meradang karena ulahnya, bagaimana mungkin cinta yang dijunjung setinggi mungkin itu dapat menjadi seperti ini. Ini memang mungkin masalah yang tidak terlalu besar tapi untukku ini cukup besar setelah banyak hal yang melatar belakangi hubungan ini, hatiku ini mudah segali goyah akibat bayang-bayang yang selalu mengikuti, jadi tolong kuatkan hatiku, percayakan aku bahwa memang cinta itu ada pada dirimu.
                   Atmosfer, itulah satu-satunya benteng pertahanan yang menyelamatkanku dari kejatuhan meteor hingga serpihannya saja yang sampai di hatiku bila tidak mungkin sudah lama hatiku hancur bahkan sampai berkeping-keping. Serpihannya saja rasanya sudah begitu ngilu seperti ini entah bagaimana bila meteor itu yang jatuh, bukan kawah seperti di Arizona lagi mungkin, lebih parah. Kemudian aku ingin selalu membanggakannya namun sikapnya membuatku menutup diri, membuatku kembali bercermin dan bertanya hingga untuk kesekian kalinya dia membuatku meragu!
                   Hubungan ini seperti bumi, terjadi pasang surut akibat rotasi bumi pada porosnya, sama denganku. Hubungan ini terkadang seperti matahari yang panas dan menyala-nyala membakar hingga ke ubun-ubun, hubungan ini juga terkadang seperti ladang bunga lavender yang harumnya semerbak membuat kumbang tak kuasa menciumnya hingga membuat sarang dibalik tangkai-tangkai tinggi indah lavender. Aku ingin bersamanya, selalu ingin bersamanya namun kadang ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan begitu saja menguasai seluruh alam pikiran dan hatiku, membuatku ingin sesaat menjauh dari segala hal tentangnya kemudian cepat-cepat berlari dan masuk kedalam pelukannya hingga jangan sampai terlepas, Oh penguasa hatiku.
                   Delikan-delikan mata yang memandang kekonyolan hubungan ini berhasil kupatahkan setelah terlewati masa 7 bulan hubungan, bukankah itu menakjubkan? Untukku tepatnya, mungkin biasa saja untuknya karena dia terbiasa menjalani hubungan yang lama, ini bukan apa-apa baginya. Setidaknya walau hanya sepihak yang bangga tetap saja ini hebat, aku semakin mencoba untuk mempercayai akan keberadaan cinta dalam hatinya.
                   Suatu hari romansa-romansa cinta itu mengalun lembut membuatku lupa diri, membuatku terbaring tak berdaya di atas kelopak-kelopak mawar merah. Dia datang bagai lelaki terakhir di bumi ini dan aku segera menyambut tangannya cepat-cepat tanpa mau sedikitpun membuang waktu lalu kami menikmati detik-detik manis dalam pelukan romansa kelopak cinta mawar merah. Tak ada yang mampu membangunkan kami, bahkan blue bird sekalipun bila melihatnya akan membunuh dirinya karena kalah indah dengan kami berdua. Setelah berakhir aku baru menyadari ini adalah perangkap, perangkap setan-setan biadab yang membuat aku dan kekasihku terlena, perangkap-perangkap kebohongan namun yang memilukannya adalah ini terjadi berulang kali hingga menjadi sangat menggelikan hingga mawar itu tak semerah yang dulu, hingga wangi mawar itu tak sewangi saat pertama dulu. Aku ingin merubahnya, aku berpikir bagaimana caranya dan berusaha untuk menjalaninya kemudian berhasil. Ladang cinta kami kini berganti warna, membahagiakan!
                   Dihari yang lain aku datang kesebuah pernikahan duduk manis diantara pasangan yang sedang berbahagia hatinya di antara puluhan undangan saat itu, kekasihku berdiri terbungkuk mengabadikan satu persatu moment bahagia itu, tahukah kekasihku apa yang ada didalam pikiranku saat itu? Sebuah pernikahan indah dengan kesakralan abadi. Aku tak ingin seribu bunga berlampar di lantai-lantai sepnajang perjalanan kami menuju pelaminan, atau karpet merah panjang yang bersih, atau bahkan mungkin seribu tentara Indonesia membentuk sebuah barisan rapi kemudian membungkuk saat kami lewat, bukan itu. Tapi sebuah kesakralan yang tak dapat dibeli dan digantikan oleh apapun hingga cupid-cupidpun rela membuka lembaran kain satu-satunya yang menempel ditubuhnya hanya untuk menutup matanya. Sakral!
                   Hari yang terus berlalu, semuanya seperti gerak rotasi bumi yang mengakibatkan pasang surut air laut, cerita ini bergulir terus seperti itu membuat semua jiwa yang yang menikmatinya kadang merasa adil kadang merasa tidak adil tanpa tahu ke mana harus pergi untuk mencari keadilan. Aku berjalan pelan melewati jalan panjang sambil membawa sebuah lilin, angin kencang disekitarku terus meniup, berusaha memadamkan lilin satu-satunya yang ada di tanganku. Aku berusaha, berusaha kuat untuk menjaganya karena di ujung jalan itu kekasihku sedang menunggu.
                   Tuhanku, penguasa semua hati, pemilik seluruh kayanya sifat, dapatkah Kau biarkan aku menjaga cahaya lilin ini? Bisakah Kau izinkan aku terus berjalan di jalan ini tanpa harus membelok ke sisi manapun? Ku serahkan semua akhir cerita ini pada detikan jam yang terus berjalan tak kenal lelah, pada-Mu yang menggerakkan detik-detik waktu di antara perjalanan sunyi hingga ia bisa menjadi kado terindah tidak hanya untuk sat ini namun untuk tahun-tahun berikutnya, pada seluruh alam yang dapat mendoakan kami, dan pada semua hal yang akan membantuku untuk menahan terpaan angin-angin kencang itu..

*    *     *
 

Kamis, 03 November 2011

Mulut-mulut Kotor

                    Jangan pernah paksa saya untuk lakukan hal-hal yang tidak saya inginkan! Karena saya ingin melakukan hal-hal yang saya ingin lakukan. Saya tahu setiap manusia mempunyai masalah dengan tingkat kesulitas dan kelas yang berbeda-beda mungkin satu diantara kalian dapat memahaminya karna pernah merasakannya namun sekali lagi anda bukan saya, bagaimanapun semengertinya anda dengan yang saya rasakan tetap saja itu tidak sama. Kesepian ini? Kesunyian ini? Kebimbangan ini? Bahkan kehilangan ini? Samakah?? Saya masih melakukan hal yang sama, saya belum berubah! Saya masih menjadi diri saya, saya yang realistis, saya yang gengsian, saya yang egois, saya yang keras kepala, saya yang punya selera tinggi dalam berpikir!!!!!!! Semua orang akan mengaku mereka berselara tinggi, merekalah yang paling tinggi seleranya tapi saya tidak perlu memuaskan siapa-siapa karena kepuasan saya hanyalah ketika saya dapat melakukan apa yang saya inginkan kemudian saya berhasil lalu saya puas, puas, puas, bangga dan sombong! Kesombongan ini yang menjadi racun paling mematikan, membusukkan jiwa" yang sudah menghitam karena kerealistisan dan kemunafikan yang menjadi satu. Bukankah sudah cukup hitam dan sekarang ditambah sombong pula..
                       Kalau begitu atur saya? Tidak. Saya akan berontak! Berontak lebih keras sampai tali-tali ditangan saya putus, sampai rok-rok panjang yang membatasi langkah saya tersibak dan saya bisa melompat lebih tinggi.. Lantas harus diapakan? Biarkan, biarkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan kemudian beri tahu saya ini batasnya, disini, hanya sampai disini saya akan sangat berterima kasih kepada anda-anda yang yang mencoba melkukan itu! Saya benci mulut" mau busuk yang berteriak dan terus berteriak meinta pujian-pujian manis pada mulut yang tidak kalah busuk! SAMPAH..
Teriakan dari mulut bau busuk dibalas oleh pujian mulut yang bau busuk itu sama saja halnya dengan GOT. Bau! Jorok! Kotor! dan banyak kuman..
                        Bisakah untuk lebih konsisten? lebih realistis, lebih bijaksana! Sekali lagi yang sering saya dengar hingga kuping saya ingin menjerit karna muak mendengarnya, " Tidak sopan. Mengecewakan dan Cuek." mari berkaca! Saya begitu karena melihat bayangan saya, saya begini karna melihat yang ada di depan saya. Jangn sok tau! Jangan ikut campur! Jangan pasang wajah manis, karna topeng itu sudah basi! berulat! bopeng! koreng!!!! malu.. saya malu mengakuinya tapi ini bagian saya, inilah, beginilah kata Tuhan saya jadi saya hanya menjalankannya, sambil terus mencari dan mencari yang tidak pernah saya ketahui apa yang telah hilang atau harus saya cari.