Semu di Ruang Nyata
Terkadang realita itu terasa sangat muram, imajinasi jauh lebih menjanjikan..
Saya tidak yakin apa saya menderita skizofrenia atau bahkan autis, tapi
2 dunia tlah berdampingan lurus sejak lama. Membuat saya menjadi jauh
lebih menderita karena tak sanggup memisahnya.
Saya banyak berdialog dengan bayangan sendiri, dengan diri saya sendiri..
Kemudian mendiskusikan sesuatu yang tidak pernah benar" terjadi, itu bentuk nyata dari apa? Autis? Atau Skizofrenia??
Realisasi dunia imajinasi yang membaur pada kehidupan nyata membuat garis" semu yang tak dapat saya pisah, saya bedakan dan saya mengerti. Saat pikiran ini dikuasai ketidakpuasaaan yang tak dapat terpenuhi dunia warna-warni bak di dalam cerita dongeng hadir menyuguhkan keromantisme dunia, menawarkan sejuta harapan yang tak saya dapati atau yang tak bisa saya raih..
aku ingin terus berada di sana namun sisi lain dari pikiran yang masih berada di dunia nyata menarikku untuk kembali..
Setengah pikiranku di dunia ini, setengahnya entah di mana mencari suatu gubuk kecil di atas bukit yang sejuh dengan pemandangan alam yang eksotis kemudian ada taman di depan gubuk dengan bunga" kecil, beberapa ekor kelinci putih, pohon cemara, dan sungai kecil di belakang rumah yang menjadi aliran langsung dari mata air gunung..
Sosok" ilusi kekasih pujaan hati, pangeran impian yang berkuda putih terpapar jelas. Aku tak bisa menemukannya di duniaku, di negri dongengku aku tak butuh uang untuk hidup hanya butuh cinta, kasih sayang dan semua akan menjadi indah..
aku tak perlu menunggu hujan kemudian melihatnya dari balik jendela hanya untuk meresapi setiap tetesan" air berkah itu hanya untuk mengkhusukkan memoryku tentang kekasihku karena di negriku dia dapat ke sentuh, ku peluk, ke pegang tangannya, ku kecup keningnya, dan ku dekap tubuhnya erat penuh cinta!
Untuk sesaat menjadi penderita Skizofrenia terasa jauh lebih baik, atau mungkin menjadi autis saja? Maksudku benar" autis! Rasanya-rasanya melihat dunia luas dan terkurung di balik kamar di sebuah rumah sakit jiwa tidak ada bedanya toh, dunia yang aku lihat tak seindah dulu walau tampak begitu luas namun telah terkotak-kotak, membatasi indra penglihatanku. Kalau aku boleh memilih aku ingin tidak dilahirkan dari pada dilahirkan tapi mendapat penderitaan seperti ini, terkungkung oleh kedua dunia yang telah lama menemaniku, aku saja sudah lupa sejak kapan aku berbicara sendiri, berdiskusi sendiri, tertawa sendiri dan selalu berpikir sendiri, yang pasti sejak aku sudah mampu mengingat aku sudah seperti itu.
Atau aku berkripadian ganda? Apa kelainan semacam itu ada? Apa itu juga satu di antara jenis gangguan jiwa? Mungkin.. Mungkin aku sudah benar" tidak normal. Aku dapat berubah" tanpa dapat aku kontrol, kadang begini dan terkadang begitu. Aku tidak pernah tau bagaimana caranya aku bisa sampai di anatara dua perbedaan alam yang jauh sekali perbedaannya ini tapi yang pasti aku terjebak, terjebak hingga tak mampu melarikan diri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar